Home » Uji Nyali GTX 1650: Benchmark Brutal ala Komunitas Lokal
Posted in

Uji Nyali GTX 1650: Benchmark Brutal ala Komunitas Lokal

Uji Nyali GTX 1650: Benchmark Brutal ala Komunitas LokalGTX 1650 Benchmark Brutal

Uji Nyali GTX 1650: Benchmark Brutal ala Komunitas Lokal

Woy, para pejuang PC kentang, para ksatria resolusi 720p, dan segenap rakyat jelata di kerajaan gaming yang budget-nya lebih sering dipake buat beli Indomie daripada buat upgrade RAM! Sini, merapat dulu. Kita mau ngobrolin sesuatu yang sangat dekat dengan dompet dan hati kita yang rapuh ini.

Pernah nggak sih lo ngerasa dikhianati? Bukan, bukan sama pacar yang tiba-tiba pasang status “in a relationship” sama orang lain. Ini lebih sakit. Ini pengkhianatan digital. Lo nonton video benchmark di YouTube dengan judul bombastis: “GTX 1650 in 2024 – STILL A BEAST?!”. Mata lo berbinar-binar, harapan tumbuh kayak jamur di musim hujan. Di video itu, Cyberpunk 2077 jalan mulus di 60 FPS, Elden Ring keliatan cakep tanpa stutter, bahkan Starfield pun keliatan… yaa, setidaknya bisa jalan lah.

Penuh semangat, lo unduh game yang sama. Lo siapin kopi, cemilan, matiin lampu kamar biar dapet immersion maksimal. Lo klik dua kali ikon game-nya. Muncul logo developer, intro sinematik… dan pas masuk ke gameplay… JLEB! Realita menampar lebih keras dari tagihan pinjol. FPS lo drop macem sinyal di pedalaman, tekstur game-nya lebih mirip lukisan cat air yang kehujanan, dan PC lo meraung-raung kayak lagi disiksa di neraka hardware.

Lalu lo sadar. Di pojok kiri atas video YouTube tadi, ada tulisan kecil yang sengaja dibikin transparan: “Tested with: Intel Core i9-14900K, 64GB DDR5 RAM, Gen5 NVMe SSD.”

“Anjrit,” batinmu. “Itu mah bukan ngetes GPU, itu ngetes kesabaran gue!”

Selamat datang di masalah terbesar para gamer kere di seluruh dunia: Benchmark yang Nggak Realistis. Mereka menguji kartu grafis seharga motor bebek, tapi dipasangin sama prosesor seharga mobil LCGC. Itu sama aja kayak lo pasang mesin jet tempur di gerobak cilok. Ya jelas kenceng, tapi siapa di antara kita yang punya gerobak cilok bertenaga jet? Kita ini kaum yang CPU-nya mungkin masih Core i3 generasi prasejarah, RAM 8GB yang satu kepingnya beda merek, dan SSD itu barang mewah yang cuma bisa kita lihat di Tokopedia, belum berani di-klik “Beli”.

Sang Legenda Kaum Mendang-Mending: NVIDIA GeForce GTX 1650

Di tengah kekacauan ini, hadirlah sang pahlawan, sang legenda, sang kuda beban yang menolak untuk mati: NVIDIA GeForce GTX 1650. Kartu grafis ini ibarat Toyota Kijang di dunia otomotif. Nggak paling kenceng, nggak paling mewah, tapi ada di mana-mana, bandel, irit (daya), dan yang paling penting, harganya masuk akal buat kaum yang gajiannya masih UMR (Uang Masih Minta Ortu).

GTX 1650 adalah GPU yang lahir dari kesederhanaan. Banyak versinya yang nggak butuh pin power tambahan, tinggal tancap ke slot PCIe, dan voila! PC kentang lo naik kelas jadi PC singkong rebus. Dari yang tadinya cuma bisa main Valorant setting rata kiri, sekarang minimal bisa nyicipin God of War walau dengan grafis setara PS2 yang di-remaster.

Kartu ini adalah simbol perjuangan. Simbol dari semangat “yang penting bisa main”. Ia adalah saksi bisu dari ratusan jam kita grinding di Genshin Impact dengan setting terendah sampai rumputnya pun kelihatan gepeng, atau saat kita nekat main Red Dead Redemption 2 dan harus rela melihat muka Arthur Morgan punya poligon lebih sedikit dari karakter di game Minecraft.

Tapi pertanyaannya tetap sama. Di tahun di mana game-game baru minta VRAM lebih besar dari kuota internet bulanan kita, di era di mana “RTX ON” jadi standar pamer kaum sultan, masih adakah tempat untuk pejuang tua ini? Apakah nyalinya masih ada untuk menghadapi monster-monster grafis modern?

Selamat Datang di “Uji Nyali”, Bukan Benchmark Biasa

Lupakan benchmark steril di lab ber-AC dengan komponen seharga DP rumah. Hari ini, kita akan melakukan sesuatu yang lebih… brutal. Sesuatu yang lebih jujur. Sesuatu yang lebih “kita banget”.

Ini bukan sekadar benchmark. Ini adalah UJI NYALI GTX 1650: Edisi Komunitas Lokal.

Di sini, kita nggak akan memasangkan GTX 1650 dengan prosesor dewa. Kita akan menyiksanya dengan skenario paling realistis yang bisa lo bayangkan:

  • Prosesor Pas-pasan: Gimana performanya kalau dipasangkan dengan Core i3 gen 10? Atau mungkin Ryzen 3 3200G yang legendaris itu? Kita akan cari tahu seberapa besar bottleneck yang terjadi.
  • RAM Sekarat: Lupakan 32GB DDR5. Kita akan mengujinya dengan konfigurasi paling umum: 8GB Dual Channel, atau bahkan 8GB Single Channel yang lebih ngenes lagi. Siap-siap lihat game nge-freeze pas lagi seru-serunya.
  • Penyimpanan Ala Kadarnya: Apakah game yang diinstal di Hard Disk (HDD) 7200RPM tua akan membuat loading time-nya selama nonton sinetron dari episode pertama sampai tamat?
  • Resolusi Rakyat: Kita akan fokus pada resolusi yang paling sering kita pakai: 1080p (kalau berani), 900p (zona nyaman), dan 720p (mode pasrah).
  • Setting Grafis Jujur: Bukan lagi soal “rata kanan”, tapi “rata kiri” atau “settingan custom paling optimal buat dapet 30 FPS stabil biar nggak pusing”.

Kita akan seret GTX 1650 ini melewati neraka digital. Kita akan paksa dia menjalankan game-game yang seharusnya sudah jadi mimpi buruk baginya. Alan Wake 2 dengan grafisnya yang gelap dan berat? Baldur’s Gate 3 di kota yang padat NPC? Atau bahkan, dengan sedikit kenekatan dan banyak doa, kita coba intip seperti apa Cyberpunk 2077: Phantom Liberty di kartu ini.

Ini adalah pengujian yang didedikasikan untuk kalian semua yang masih setia dengan rig sederhananya. Untuk kalian yang lebih mementingkan gameplay daripada jumlah pantulan cahaya di genangan air. Ini adalah pembuktian: apakah GTX 1650 di tahun ini masih layak disebut “entry-level gaming card”, atau sudah saatnya ia pensiun dan menjadi pajangan bersejarah?

Jadi, siapkan mental kalian. Siapkan diri untuk melihat angka FPS yang mungkin akan membuatmu menangis, atau justru terkejut karena ternyata si tua ini masih punya taring. Apakah ini akan menjadi sebuah kisah kepahlawanan, atau sebuah tragedi yang memilukan? Lanjutkan membaca, dan temukan jawabannya bersama kami dalam penyiksaan paling brutal terhadap kartu grafis kesayangan kita semua.

Uji Nyali GTX 1650: Benchmark Brutal ala Komunitas Lokal

Dompet lagi tipis tapi hasrat gaming lagi ngegas-ngegasnya? Kita semua pernah di posisi itu, teman-teman. Kamu ngeliat streamer main game AAA terbaru dengan grafik rata kanan, sementara PC di rumah masih berjuang buat buka Chrome lebih dari tiga tab. Terus, muncullah satu nama legendaris di kepala kita: NVIDIA GeForce GTX 1650. Si “VGA Sejuta Umat” yang jadi pahlawan bagi kaum mendang-mending.

Tapi pertanyaannya sekarang, di tengah gempuran game-game baru yang makin berat dan VGA seri baru yang harganya kayak cicilan motor, apa GTX 1650 ini masih relevan? Masih bisa diajak begadang buat push rank di Valorant? Atau jangan-jangan, cuma bisa pasrah main game kentang selamanya? Tenang, kamu datang ke tempat yang tepat. Lupakan review bule dengan PC spek sultan. Kali ini, kita bakal adain “Uji Nyali” brutal buat si GTX 1650, langsung dari perspektif komunitas lokal dengan PC yang apa adanya. Siap?

Siap-siap, Spek Uji Kita Gak Kaleng-kaleng (tapi Agak Kentang)

Sebelum kita mulai siksa si GTX 1650, kenalan dulu sama “pacuan kuda” kita. Ini bukan test bench steril dari lab, tapi rakitan yang super relatable dan banyak dipakai sama teman-teman di grup PC building lokal. Speknya sengaja kita pilih yang paling *balance* buat kantong.

  • Prosesor: AMD Ryzen 5 3600 (Si raja budget yang masih perkasa)
  • Motherboard: B450 (Yang penting nyala dan stabil)
  • RAM: 16GB (2x8GB) DDR4 3200MHz (Sweet spot buat gaming dan multitasking ringan)
  • GPU Sang Bintang: ZOTAC GTX 1650 4GB GDDR6 (Kita pakai versi GDDR6 yang sedikit lebih kenceng dari GDDR5, ya!)
  • Penyimpanan: SSD SATA 512GB (Biar loading gak selama nungguin dia bales chat)
  • Monitor: Standar 1080p 75Hz (Karena gak semua dari kita punya monitor 240Hz, kan?)

Kelihatan kan? Gak ada yang mewah. Ini adalah simulasi PC rakitan 5-7 jutaan yang paling umum. Jadi, hasil benchmark ini bakal jadi cerminan paling jujur buat kamu yang punya spek serupa atau lagi ngincer VGA ini. Mari kita mulai penyiksaannya!

Ronde 1: E-Sports Dulu, Bos! (Valorant, CS2, Apex Legends)

Ini adalah habitat asli dari GTX 1650. Game-game kompetitif yang lebih mentingin FPS tinggi daripada grafik aduhai. Kalau di sini aja dia KO, ya udah wassalam. Tapi tenang, hasilnya di luar dugaan!

Valorant: Masih Jadi Raja di 1080p

Begitu masuk ke Valorant, senyum kita langsung merekah. Dengan settingan 1080p, semua di-set ke Low (karena pro player juga main begini, bro!), FPS yang kita dapet itu bener-bener gahar. Rata-rata FPS stabil di angka 180-220 FPS. Pas lagi war rame-rame penuh skill-nya Gekko dan Raze, paling parah cuma drop ke 140-an FPS.

Artinya apa? Buat kamu yang punya monitor 144Hz, GTX 1650 ini masih lebih dari cukup buat manjain mata kamu dengan gerakan super mulus. Gak ada lagi alesan “PC gue nge-lag, bang!” pas kamu kalah adu aim. Ini murni salah skill kamu, hehe.

CS2 (Counter-Strike 2): Sedikit Berkeringat, tapi Tetap Perkasa

Nah, CS2 ini ceritanya beda. Sejak pindah engine ke Source 2, game ini jadi jauh lebih berat dari CS:GO. Banyak yang cemas, apakah GTX 1650 mampu? Jawabannya: Mampu, tapi dengan penyesuaian.

Di resolusi 1080p dengan settingan grafis Low-Medium, kita bisa dapet FPS yang nyaman banget di angka 90-120 FPS. Memang gak setinggi Valorant, tapi ini udah sangat playable buat adu skill di map seperti Mirage atau Inferno. Gak ada stutter atau lag yang mengganggu. Jadi, buat kamu para pejuang rank Global Elite, si mungil ini masih bisa jadi andalan.

Apex Legends: Nge-slide Mulus Tanpa Hambatan

Game battle royale yang super cepat ini juga berhasil dijinakkan. Dengan kombinasi settingan Low-Medium di 1080p, GTX 1650 bisa menghasilkan performa stabil di 70-90 FPS. Pas lagi di area sepi bisa tembus 100 FPS, dan pas lagi perang tiga squad pun masih nyaman di atas 60 FPS. Pengalaman nge-slide, lompat, dan nembak terasa responsif. Aman!

Ronde 2: Uji Nyali di Game AAA (Cyberpunk 2077, Elden Ring, RDR 2)

Oke, ronde pemanasan selesai. Sekarang saatnya kita masuk ke neraka. Di sinilah kita bakal tahu mental si GTX 1650 ini sekuat apa. Ingat, ekspektasi kita harus realistis. Jangan mimpiin main rata kanan. Di sini, kita jadi “Tukang Oprek Settingan” sejati!

Cyberpunk 2077: Bertahan Hidup di Night City

Game ini adalah momok bagi semua VGA. Tapi, apakah GTX 1650 langsung menyerah? Ternyata enggak! Tentu kita gak bisa pakai Ray Tracing, ya. Dengan resolusi 1080p dan preset grafis Low, plus kita aktifin AMD FSR 2.1 di mode Quality, kita dapet keajaiban.

Hasilnya? Rata-rata 40-55 FPS! Yes, kamu gak salah baca. Memang bukan 60 FPS yang super mulus, tapi ini SANGAT playable buat menikmati cerita dan keindahan Night City yang kelam. Sesekali ada drop di area pasar yang super ramai, tapi secara keseluruhan, pengalaman mainnya masih nikmat. Siapa bilang PC kentang gak bisa main game modern?

Elden Ring: Melawan Demigod Tanpa Melawan Lag

Lawan Malenia udah cukup bikin stres, jangan ditambahin lagi stres karena FPS drop. Untungnya, Elden Ring teroptimasi cukup baik. Di resolusi 1080p dengan settingan Medium, GTX 1650 bisa menjaga performa di angka 50-60 FPS. Stabil banget!

Menjelajahi The Lands Between terasa imersif, bertarung dengan bos-bos raksasa pun lancar. Gak ada tuh cerita mati konyol gara-gara gambar patah-patah. GTX 1650 membuktikan kalau dia masih sanggup nemenin kamu jadi Elden Lord.

Red Dead Redemption 2 (RDR 2): Cinematic Experience on a Budget

Ini dia, game dengan visual paling indah sekaligus paling berat. Di sini kita harus pintar-pintar ngoprek setting. Setelah utak-atik sana-sini, kita nemu settingan emas: Resolusi 1080p, preset digeser ke arah Favor Performance, dan beberapa setting kayak tekstur kita naikin ke Medium/High.

Hasilnya? Kita mendapatkan pengalaman sinematik di 40-50 FPS. Gak butuh 60 FPS di game seperti ini. Selama stabil dan gak stutter, petualangan Arthur Morgan terasa sangat hidup. Berkuda di padang rumput sambil liat matahari terbenam? Masih bisa, bro, gak perlu VGA harga selangit.

Bukan Cuma Gaming: Si Mungil buat Produktivitas?

Banyak dari kita yang pakai PC bukan cuma buat main game. Kadang ada tugas kuliah, kerjaan sampingan jadi content creator, atau sekadar iseng live streaming. Nah, di sinilah GTX 1650 punya senjata rahasia: NVIDIA NVENC Encoder.

Buat yang belum tahu, NVENC ini adalah hardware khusus di dalam VGA NVIDIA yang tugasnya melakukan encoding video. Ini artinya, beban rendering video atau streaming jadi jauh lebih ringan buat prosesor kamu.

  • Editing Video: Render video 1080p di Adobe Premiere Pro atau DaVinci Resolve? Lancar jaya! Prosesnya jadi jauh lebih cepat dibanding cuma mengandalkan prosesor. Gak perlu lagi tuh ninggalin PC nyala semaleman cuma buat render video tugas 5 menit.
  • Live Streaming: Ini game-changer! Kamu bisa main Valorant di 150+ FPS sambil live streaming ke Twitch atau YouTube di resolusi 720p 60fps tanpa ngorbanin performa gaming secara signifikan. Prosesor kamu bisa fokus ke game, sementara urusan streaming di-handle sama si GTX 1650. Keren, kan?

Jadi, Masih Worth It Gak Sih Beli GTX 1650 di Tahun Ini?

Setelah kita siksa habis-habisan, inilah vonis akhir kita. Jawabannya adalah: MASIH SANGAT WORTH IT, tapi dengan beberapa catatan penting.

GTX 1650 ini cocok banget buat:

  1. Gamer E-Sports Berkantong Tipis: Kalau fokus utama kamu adalah Valorant, CS2, DOTA 2, atau Apex Legends, VGA ini adalah pilihan terbaik di kelas harganya. Performa 1080p-nya masih juara.
  2. PC Builder Pemula: Buat kamu yang baru pertama kali rakit PC dan budgetnya terbatas, memulai dengan GTX 1650 adalah langkah yang cerdas. Banyak modelnya yang gak butuh pin power tambahan, jadi hemat PSU juga!
  3. Gamer Kasual AAA: Kalau kamu gak masalah main game AAA di settingan Low-Medium dan gak terobsesi dengan 60 FPS, VGA ini masih bisa memberikan pengalaman yang sangat menyenangkan.

Saran dari Komunitas Lokal:

Cari yang second/bekas! Harga barunya mungkin udah gak begitu menarik, tapi di pasar bekas, kamu bisa nemuin GTX 1650 dengan harga yang “manusiawi” banget, seringkali di bawah 1.5 juta. Pastikan aja kamu beli dari penjual terpercaya dan tanya riwayat pemakaiannya (hindari bekas mining kalau bisa).

Pada akhirnya, teman-teman, gaming itu bukan soal adu spek dewa atau pamer grafik rata kanan. Gaming itu soal seru-seruan, kabur sejenak dari realita, dan menikmati cerita yang disajikan. NVIDIA GeForce GTX 1650 adalah bukti nyata bahwa untuk bisa menikmati semua itu, kamu gak perlu nguras tabungan sampai kering. Dia mungkin tua, tapi semangatnya buat nemenin kita main game masih membara. Salut buat si pejuang kaum mendang-mending!

Vonis Akhir: Si Tua Keladi Ini Lulus Uji Nyali dengan Nilai A!

Jadi, teman-teman seperjuangan, setelah kita seret, siksa, dan paksa si GTX 1650 melewati neraka digital, apa kesimpulan akhirnya? Sederhana: Kartu grafis ini bukan sekadar relevan, ia adalah seorang penyintas sejati. Sebuah legenda yang menolak untuk tunduk pada gempuran game-game modern yang haus VRAM. Ia mungkin terengah-engah, mungkin sedikit berkeringat, tapi ia tidak pernah menyerah.

Kita sudah membuktikannya bersama. Untuk ranah e-sports, performanya bukan lagi pertanyaan, tapi sebuah kepastian. Ratusan FPS di Valorant dan gameplay mulus di CS2 adalah bukti bahwa untuk menjadi jagoan kompetitif, kamu tidak perlu menjual ginjal. Lalu saat kita memberanikan diri masuk ke dunia AAA, GTX 1650 menunjukkan mental bajanya. Dengan sedikit “ngoprek”, sedikit kompromi, dan bantuan teknologi FSR, game seberat Cyberpunk 2077 dan keindahan RDR 2 ternyata bisa dinikmati dengan sangat layak. Pengalaman sinematik di 40-50 FPS jauh lebih baik daripada tidak bisa memainkannya sama sekali, kan?

Dan jangan lupakan senjata rahasianya: NVENC Encoder. Kemampuannya untuk membantu editing video dan live streaming tanpa membebani prosesor adalah sebuah game-changer. Ini mengubah GTX 1650 dari sekadar “VGA gaming murah” menjadi “alat produktivitas budget” yang luar biasa. Ia adalah paket lengkap bagi para pelajar, mahasiswa, dan kreator konten pemula yang ingin melakukan semuanya dengan satu PC tanpa harus membobol bank.

Kapan Waktu yang Tepat Buat “Meminang” GTX 1650? Peta Jalan Buat Kamu yang Galau

Setelah melihat semua hasil ini, mungkin kamu bertanya, “Jadi, gue harus beli nggak, nih?”. Biar nggak bingung, ini panduan super simpel berdasarkan kondisi kamu saat ini:

  1. Kalau Kamu Lagi Rakit PC Pertama dengan Budget Super Mepet (di bawah 7 Juta):
    Jawabannya: SIKAT! Jangan ragu sedikit pun. Di pasar bekas, GTX 1650 adalah raja di kelas harganya. Ini adalah gerbang terbaik dan paling masuk akal untuk masuk ke ekosistem PC gaming yang sesungguhnya. Daripada maksain beli VGA seri baru yang paling murah tapi performanya nanggung, mending cari GTX 1650 bekas yang terawat. Kamu akan mendapatkan performa yang jauh lebih solid.
  2. Kalau Kamu Masih Pakai VGA Prasejarah (GT 1030, GT 730, atau masih ngandelin iGPU):
    Jawabannya: UPGRADE SEKARANG JUGA! Lompatan performa yang akan kamu rasakan itu bukan lagi sekadar upgrade, tapi sebuah reinkarnasi. Dari yang tadinya cuma bisa main game indie 2D, tiba-tiba kamu bisa menjelajahi Night City. Ini adalah investasi kecil dengan dampak paling GOKIL untuk pengalaman gaming kamu. Percayalah, kamu akan berterima kasih pada dirimu sendiri nanti.
  3. Kalau Kamu Punya Budget Lebih dan Ingin Main di Atas 1080p atau Ngejar Rata Kanan:
    Jawabannya: Mungkin ini bukan buat kamu. Jujur saja, jika targetmu adalah 1440p atau kamu adalah kaum “anti settingan low”, maka lebih bijak untuk menabung sedikit lagi dan mengincar kartu grafis seperti RTX 3050, RTX 2060 Super bekas, atau bahkan RX 6600. GTX 1650 adalah tentang memaksimalkan pengalaman dengan keterbatasan, bukan tentang menaklukkan segalanya.

“Tapi, beli bekas kan ngeri, bang? Takut dapet yang artefak atau bekas tambang.”

Tenang, ini tips singkat biar aman: Selalu beli di marketplace yang punya reputasi, cek ulasan penjual, minta video tes FurMark atau main game singkat, dan kalau bisa, prioritaskan yang masih ada sisa garansi atau yang punya fisik bersih terawat. Dengan sedikit ketelitian, kamu bisa dapat “harta karun” dengan harga miring.

Pesan Terakhir: Gaming Itu Seni Menikmati, Bukan Adu Gengsi

Teman-teman, artikel ini lebih dari sekadar benchmark angka dan grafik. Ini adalah perayaan semangat “kaum mendang-mending”. Semangat di mana kepuasan terbesar datang bukan dari memiliki rig seharga mobil, tapi dari keberhasilan kita menaklukkan game baru dengan hardware yang kita kira sudah tidak mampu. Ada kebanggaan tersendiri saat kita berhasil menemukan kombinasi settingan grafis yang pas, yang memberikan visual cukup indah dengan performa yang stabil.

GTX 1650 adalah simbol dari perjuangan itu. Ia mengajarkan kita bahwa untuk bersenang-senang, kita tidak perlu menunggu sempurna. Kita tidak perlu menunggu punya RTX 4090 untuk bisa tertawa bersama teman di Apex Legends, atau terhanyut dalam cerita epik Arthur Morgan. Gaming adalah tentang cerita, tantangan, dan koneksi. Hardware hanyalah alat untuk mencapai itu semua.

Jadi, untuk kalian semua yang masih setia dengan rig sederhananya, angkat kepala kalian tinggi-tinggi. PC kalian mungkin tidak “spek dewa”, tapi semangat gaming kalian bisa jadi lebih membara dari mereka yang punya segalanya. Teruslah bermain, teruslah bereksplorasi, dan jangan biarkan keterbatasan hardware membatasi imajinasimu.

Pada akhirnya, seorang gamer sejati tidak diukur dari seberapa mahal kartu grafisnya, tapi dari seberapa besar kecintaannya pada dunia game itu sendiri. Dan untuk itu, NVIDIA GeForce GTX 1650 lebih dari cukup untuk menemani perjalanan kita semua.


Nah, sekarang giliran kamu! Masih adakah di antara kalian yang jadi pejuang GTX 1650 sampai hari ini? Share dong pengalaman paling gokil atau game terberat yang berhasil kamu mainkan pakai VGA legendaris ini di kolom komentar. Mari kita ramaikan dan buktikan kalau komunitas kita solid!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *